Kamis, 17 Januari 2013

Cut Nyak Dien


Cut Nyak Dien


Lahir                : Lampadang, Aceh 1850
Wafat               : Sumedang, 6 November 1908
Makam      : Gunung Puyuh, Sumedang, Jawa Barat

Cut Nyak Dien menikah pada usia 12 tahun dengan Teuku Cik Ibrahim Lamnga. Namun pada suatu pertempuran di Gletarum, Juni 1878, sang suami Teuku Ibrahim gugur. Kemudian Cut Nyak Dien bersumpah hanya akan menerima pinangan dari laki-laki yang bersedia membantu untuk menuntut balas kematian Teuku Ibrahim.

                Cut Nyak Dien akhirnya menikah kembali dengan Teuku Umar tahun 1880, kemenakan ayahnya seorang pejuang Aceh yang cukup disegani Belanda. Sejak itu, Cut Nyak Dien selalu berjuang bersama suaminya (September 1893 – Maret 1896). Dalam perjuangannya, Teuku Umar berpura-pura bekerjasama dengan Belanda sebagai taktik untuk memperoleh senjata dan perlengkapan perang lainnya.Sementara itu, Cut Nyak Dien tetap berjuang melawan Belanda di daerah kampung halaman Teuku Umar. Teuku Umar akhirnya kembali lagi bergabung dengan para pejuang setelah taktiknya diketahui oleh Belanda.
                Tanggal 11 Februari 1899, Teuku Umar gugur dalam pertempuran di Meulaboh, namun Cut Nyak Dien tetap meneruskan perlawanannya dengan bergerilya. Ia tidak pernah mau berdamai dengan Belanda yang disebutnya “ Kafir- Kafir “. Perjuangannya yang berat dengan cara gerilya keluar masuk hutan menyebabkan kondisi pasukan dan dirinya amat mengkhawatirkan. Cut Nyak Dien akhirnya menderita sakit encok dan matanya menjadi rabun. Merasa kasihan dengan kondisi demikian, para pengawal Cut Nyak Dien akhirnya membuat kesepakatan dengan pihak Belanda, bahwa “Cut Nyak Dien boleh ditangkap asal diperlakukan sebagai orang terhormat dan bukan sebagai penjahat perang. “ sebagai tawanan, Cut Nyak Dien masih sering kedatangan tamu-tamu sehingga Belanda menjadi curiga dan akhirnya mengasingkannya ke Sumedang pada tanggal 11 Desember 1905.
                Cut Nyak Dien akhirnya wafat dipengasingan sebagai pejuang wanita berhati baja dan ibu bagi rakyat Aceh.

1 komentar: